TUGAS
ETIKA PROFESI AKUNTANSI
(KASUS
KAP ARTHUR ANDERSEN TERHADAP ENRON )
A. Sejarah Enron
Enron
dibentuk pada tahun 1985 oleh sebuah perusahaan “ Houston Natural Gas” dengan
“InterNorth” (penyalur gas alam melalui pipa), sebuah Perusahaan lain dalam
pemipaan minyak sebagai hasil merger yang diwajibkan oleh peraturan perundangan
Pemerintah federal Amerika. Pada tahun
1997 Enron membeli perusahaan pembangkit listrik “Portland General Electric
Corp” senilai $ 2 milyar. Sebelum tahun 1997 berakhir, manajemen mengubah
perusahaan tersebut menjadi “Enron Capital and Trade Resources” yang menjadi
perusahaan Amerika terbesar yang memperjualbelikan gas alam serta listrik.
Pendapatan meningkat drastis dari $ 2 milyar menjadi $ 7 milyar dengan karyawan
yang juga tumbuh dari 200 orang menjadi 2.000 orang.
Tidak
cukup dengan prestasi tersebut, Enron membentuk pula “Enron Online” (EOL) pada
bulan oktober 1999. EOL merupakan unit usaha Enron yang secara online
memasarkan produk energi secara elektronik lewat website. Dalam sekejap, EOL
berhasil melaksanakan transaksi senilai $ 335 milyar pada tahun 2000. Pada
Januari 2000, Enron mengumumkan sebuah rencana besar yang amat ambisius untuk
membangun jaringan elektronik broadbrand yang berkecepatan tinggi (high speed
broadbrand) dengan kapasitas jaringan penjualan brandwidth untuk melakukan
penjualan gas serta listrik. Enron membiayai ratusan juta dollar guna
melaksanakan program ini, walaupun keuntungannya belum nampak, namun harga
saham Enron di Wall Street melonjak menjadi $ 40, bahkan meningkat menjadi $
90,56, sehingga Enron dinyatakan oleh majalah Fortune maupun media lain sebagai
“one of the most admired and innovative companies in the world” (Perusahaan
Amerika yang Paling Inovatif) selama enam tahun berturut-turut.
B. Jatuhnya Enron
Enron
Corporation adalah “pencakar langit” dalam dunia bisnis Amerika, sama seperti
Gedung World Trade Center yang menjulang tinggi di kota New York. Mirip Tragedi
WTC, Enron menguap jadi debu saat perusahaan itu menyatakan diri bangkrut pada
30 November 2001 lalu, kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis Amerika
sepanjang masa.
Enron
dipandang sukses menyulap diri dari sekadar perusahaan pipanisasi gas alam di
Negara Bagian Texas pada 1985 menjadi raksasa global dalam beberapa tahun
terakhir. Dia membeli perusahaan air minum di Inggris dan membangun pembangkit
listrik swasta di India. Konsep bisnisnya yang visioner dan futuristik membuat dia
menjadi anak emas di lantai bursa Wall Street. Harga sahamnya terus meroket.
Akhir
1999, Enron meluncurkan EnronOnline yang dianggap akan mengubah wajah bisnis
energi masa depan. Memanfaatkan Internet, divisi e-commerce itu membeli gas,
air minum dan tenaga listrik dari produsen dan menjualnya kepada pelanggan atau
distributor besar. Enron bahkan memperluas wilayah, membangun jaringan
telekomunikasi berkecepatan tinggi serta bertekad menjual bandwidth jaringan
itu seperti dia menjual gas dan listrik. Setelah itu mungkin dia akan jual-beli
online untuk kertas daur ulang pabrik miliknya.
Tak
lama setelah dia memasuki bisnis jasa video-on-demand dimana menjual tayangan
video kepada pelanggan via sambungan internet kecepatan tinggi, harga saham
Enron mencapai puncaknya, US$ 90 per lembar, pada Agustus 2000. Meski kemudian
merosot bersama jatuhnya saham-saham teknologi dan internet lain, nilai pasar
Enron masih berkisar US$ 60 milyar.
Pada
Oktober 2001 Enron menjatuhkan bom di Wall Street dengan melaporkan kerugian
ratusan juta dolar pada kwartal itu. Sangat mengejutkan karena Enron hampir
selalu membawa berita gembira ke lantai bursa dengan melaporkan keuntungan
selama empat tahun berturut-turut. Kabar buruk itu membanting harga saham Enron
dari sekitar US$ 30 menjadi US$ 10 per lembar, hanya dalam hitungan hari.
Securities
Exchange Commission (SEC), badan pengawas pasar modal, mencium ada yang tidak
beres dan mulai menggelar penyidikan. Dalam kondisi terdesak, Enron menjatuhkan
bom lebih dahsyat lagi ke lantai bursa ketika pada 8 November 2001 mengakui
bahwa keuntungannya selama ini adalah fiksi belaka. Enron merevisi laporan
keuangan lima tahun terakhir dan membukukan kerugian US$ 586 juta serta
tambahan catatan utang sebesar US$ 2,5 miliar.
Namun,
pada akhir November 2001, Enron sedikit bisa bernafas lega ketika Dynegy Inc,
pesaingnya yang jauh lebih kecil, berniat membeli sahamnya dalam sebuah
kesepakatan merger. Harapan itu tak berumur lama. Dynegy mundur setelah Enron
makin kehilangan kepercayaan investor dan rating kreditnya jatuh ke titik
terendah-berstatus “junk-bond”. Ketika tak kurang seperempat milyar lembar
sahamnya dipertukarkan di lantai bursa, harga Enron meluncur ke dasar jurang.
Saham Enron yang pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar, terjerembab
jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Akhirnya pada tanggal 2 Desember 2001
Enron menyerah dan mengajukan petisi bangkrut.
Kejatuhan
Enron ternyata mengundang tanya dan rasa curiga yang besar bagi kalangan
publik. Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutannya, belakangan Enron
dicurigai telah melakukan praktek window dressing. Manajemen Enron telah
menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan
utangnya sejumlah US$ 1,2 milliar. Manipulasi ini telah berlangsung
bertahun-tahun, sampai Sherron Watskin, salah satu eksekutif Enron yang tak
tahan lagi terlibat dalam manipulasi itu, mulai “berteriak” melaporkan praktek
tidak terpuji itu. Keberanian Watskin inilah yang membuat semuanya menjadi
terbuka.
Sejak
akhir tahun 2000, ketika harga saham Enron di posisi puncak, para eksekutif
menjual saham yang mereka miliki dengan total nilai US$ 1,1 milyar. Selama
empat tahun terakhir, Kenneth L. Lay, presiden komisaris sekaligus direktur
Enron diperkirakan meraup untung US$ 205 juta dari penjualan sahamnya. Dalam
kurun yang sama dia membujuk karyawan dan investor untuk membeli saham Enron,
antara lain dengan iming-iming laporan keuangan yang menjanjikan tapi palsu.
Bahkan pada 26 September 2001, ketika harga saham jatuh menjadi US$ 25 per
lembar, Ken Lay masih mencoba menghibur karyawan untuk tidak menjualnya,
sebaliknya membujuk mereka membeli. Dalam e-mail yang dikirimkan kepada para
karyawan yang risau, dia mengatakan perusahaan dalam kondisi sehat secara
keuangan dan bahwa harga saham Enron “luar biasa murah” dalam posisi itu.
Namun, hanya beberapa pekan kemudian, Enron melaporkan kerugian yang bermuara
pada kebangkrutannya. Para karyawan tak bisa menjual saham mereka sampai
semuanya sudah terlambat, Enron kehilangan nilai sama sekali.
Proses
pengusutan juga membuahkan suatu penemuan yang menarik, yaitu kisah pemusnahan
ribuan surat elektronik dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan audit Enron
oleh petinggi di firma audit Arthur Andersen. Pada tanggal 12 Oktober 2001 Arthur
Andersen menerima perintah dari para pengacara Enron untuk memusnahkan seluruh
materi audit, kecuali berkas-berkas yang paling dasar. Kini, Arthur Andersen
menghadapi berbagai tuntutan di pengadilan. Diperkirakan tak kurang dari $ 32
miliar harus disediakan Arthur Andersen untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham Enron yang merasa dirugikan karena auditnya yang tidak becus. Ratusan
mantan karyawan yang marah juga sudah melayangkan gugatan kepada Andersen. Di
luar itu, otoritas pasar modal dan hukum Amerika Serikat pasti akan memberi
sanksi berat jika tuduhan malapraktek itu terbukti. Belakangan, salah satu
mantan petinggi Enron, Cliff Baxter tewas bunuh diri karena tak tahan
menghadapi tekanan bertubi-tubi.
Selain
penghancuran dokumen, terungkap pula adanya kemitraan Enron dengan perusahaan
“kosong”, seperti Chewco dan JEDI. Perusahaan dengan nama yang terkesan
main-main (Chewco dan JEDI adalah karakter dalam Star Wars) ini membuat para
eksekutif Enron yang mengemudikannya kaya raya, dan Enron membuat pembukuan off
balance sheet atas kerugian ratusan juta dolar sehingga tersembunyi dari mata
investor dan pihak lain.
C. Pelanggaran Yang Dilakukan Enron
Untuk
memenuhi persyaratan Moody’s dan S&P s, Enron menjaga leverage rationya.
Kegagalan untuk meningkatkan credit ratingnya mendorong Enron untuk
meningkatkan margin dengan memperbesar paper profit dan penurunan nilai assets
ditransfer ke Special Purpose Vehicle (SPV). Untuk meningkatkan modal dan
melindungi risiko, Enron memanfaatkan SPV, bekerjasama dengan pihak luar
sebagai “ keranjang sampah” untuk menambah Assets dan Liabilities, termasuk
tempat pembuangan asset yang mengalami penurunan nilai, lindung nilai untuk
meng-offset kerugian Enron dan memanfaatkan derivatives. Karena tidak
dikonsolidasikan, maka laporan keuangan Enron tidak terganggu.
Kerugian
yang diderita SPV tertutup dengan saham Enron. Tiga dari 2000 SPV dipimpin
Festow dari 1999 sampai July 2001, membayar Festow lebih dari $ 30 juta untuk
management fees. Jauh lebih besar dari salarynya di Enron dengan persetujuan
top Management dan BOD Enron. Suatu SPV juga melakukan investasi ke SPV lain.
November 2001, 75% saham di mariner engine inc meningkat menjadi $ 350 Juta,
hampir 2 kali lipat nilai initial investment. Penilaian deposito deep well oil
reserve, long term future contracts dan derivatives yang tidak memiliki quoted
market price membuka peluang untuk windows dressing melalui discretionary
valuation models sesuai dengan metode dan asumsi yang digunakan.
D. Dampak Keruntuhan
Enron
Keruntuhan perusahaan energi Enron cukup banyak berdampak
bagi dunia bisnis internasional. Akibat kebangkrutan Enron pada tahun 2001
sedikitnya 4.000 karyawan kehilangan pekerjaan. Kolapsnya Enron juga
mengguncang neraca keuangan para kreditornya yang telah mengucurkan milyaran
dolar (JP Morgan Chase dan Citigroup adalah dua kreditor terbesarnya). Para
karyawan Enron dan investor kecil-kecilan juga dirugikan karena simpanan hari
tua mereka yang musnah. Sebagian besar dana pensiun dan tabungan 20.000
karyawan Enron terikat dalam saham yang kini tanpa nilai.
Banyak lembaga keuangan internasional juga ikut
menderita kerugian akibat bngkrutnya Enron, sehingga membuat mereka semakin
berhati-hati dalam membidik peluang investasi. Perusahaan-perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan di pasar modal diharuskan memenuhi persyaratan
pembeberan (disclosure) yang luar biasa ketat.
Kasus Enron juga melatarbelakangi munculnya Sarbanes Oxley.
Sarbanes Oxley adalah nama lain dari undang-undang reformasi perlindungan
investor (The Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002)
yang ditandatangani George Bush bulan Juli tahun 2002 lalu. Banyak yang
menyebutkan bahwa undang-undang ini adalah reaksi keras regulator AS terhadap
kasus Enron pada akhir tahun 2001. Inti utama dari undang-undang ini adalah
upaya untuk lebih meningkatkan pertanggungjawaban keuangan perusahaan publik
(good corporate governance). Undang-undang ini berpengaruh signifikan terhadap
manajemen perusahaan publik, akuntan publik (auditor), dan pengacara yang
berparaktek di pasar modal. Mengingat sifatnya yang sangat ketat dan berdampak
luas, undang-undang ini terbilang kontroversial dan menjadi polemik hingga
sekarang.
Arthur Andersen LLP (member di Amerika Serikat) yang dianggap
ikut bersalah dalam kebangkrutan Enron juga terkena imbasnya. Member Arthur
Andersen di beberapa negara seperti, Jepang dan Thailand, telah membuat
kesepakatan merger dengan KPMG, Australia dan Selandia Baru dengan Ernst &
Young, dan Spanyol dengan Deloitte Touche Tohmatsu. Di Amerika sendiri,
aktivitas seluruh member Andersen dibekukan pemerintah. Akibatnya, menurut
Asian Wall Street Journal klien-klien Andersen LLP beralih ke berbagai auditor.
Antara lain Delotte and Touche (10 persen), KPMG (11 persen), PriceWaterhouseCooper
(20 persen), dan Ernst & Young (28 persen). Dan yang berpindah ke
auditor-auditor kecil lainnya atau mengaku belum tahu berpindah kemana sebanyak
40 persen.
Masih banyak lagi hal-hal yang dipengaruhi oleh
keruntuhan Enron, seperti munculnya trauma dalam bursa saham terhadap efek
domino skandal Enron. Hal ini membuat para investor mengurangi aktivitasnya di
bursa saham sehingga gairah bursa dunia menjadi lesu.
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut
bertanggung jawab terjadinya kasus tersebut. Diantaranya;
1. Auditor
Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi
terbesar) adalah kantor akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan
pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron memenuhi
GAAP (generally accepted accounting practices). Andersen, disewa dan dibayar
oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk Enron, dimana hal ini
melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya. Selain itu Andersen mengalami
konflik kepentingan akibat pembayaran yang begitu besar dari Enron, $5 juta untuk
biaya audit dan $50 juta untuk biaya konsultasi.
2. Konsultan hukum
Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins juga
disewa oleh Enron. Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk menyediakan opini
hukum atas strategi, struktur, dan legalitas umum atas semua yang dilakukan
oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan mengapa tidak ikut
menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan hukum ini menjelaskan
bahwa Enron tidak memberikan informasi yang lengkap, khususnya tentang
kepemilikan di SPEs.
3. Regulator
Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar
energi diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan tetapi
FERC tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini dikarenakan Enron
melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di satu negara, yaitu
antar negara.
4. Pasar ekuitas
Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti
peraturan dari SEC. Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan
investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi ulang terhadap Enron. SEC
hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga lain seperti auditor
perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE mengharuskan Enron memenuhi
peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda dengan SEC, NYSE tidak hanya melakukan
verifikasi firsthand.
5. Pasar hutang
Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan
membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar Standard & Poors
serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan untuk sekuritas
hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar. Yang menjadi
masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan analisis sebatas pada data
yang diberikan kepada mereka oleh Enron, operasional dan aktivitas keuangan
Enron. Terjadi perdebatan apakah perusahaan rating harus memeriksa total hutang
perusahaan atau tidak. Khususnya yang berkaitan dengan SPEs. Meningkatnya
defisit dalam arus kas perusahaan menyebabkan timbulnya masalah manajemen keuangan
yang mendasar pada Enron.
Pertumbuhan perusahaan membutuhkan adanya modal eksternal.
Tambahan modal dapat diperoleh dari hutang baru dan ekuitas baru. Ken Lay dan
Jeff Skilling, enggan untuk menerbitkan jumlah besar dari ekuitas baru. Karena
akan mendilusi laba dan jumlah saham yang dipegang oleh pemegang saham. Pilihan
menggunakan utang juga terbatas, dengan tingkat utang yang tinggi menyebabkan
rating Enron hanya sebesar BBB, tingkat rating yang rendah oleh lembaga pemberi
rating (Eiteman, dkk, 2007). Andrew Fastow bersama dengan asistennya membuat
SPEs, alat yang digunakan dalam jasa keuangan. SPEs memiliki dua tujuan
penting, pertama; menjual aset-aset yang bermasalah ke rekanan. Enron
menghilangkan aset tersebut dari neraca, mengurangi tekanan akibat utang dan
menyembunyikan kinerja buruk investasi. Hal ini dapat mendatangkan dana
tambahan untuk membiayai kesempatan investasi baru. Kedua; memperoleh
pendapatan untuk memenuhi laba yang disyaratkan oleh Wall Street.
SPEs dibiayai dari tiga sumber; (1) ekuitas dalam bentuk
saham tresuri, (2) ekuitas dalam bentuk minimum 3% dari aset yang berasal dari
pihak ketiga yang tidak berhubungan, (3) jumlah yang besar dari utang bank.
Modal ini berada pada sisi kanan neraca SPEs, akan tetapi pada sisi kiri modal
digunakan untuk membeli aset dari Enron. Hal ini menyebabkan harga saham SPEs
berkaitan dengan harga saham Enron. Saat saham SPEs naik, maka saham Enron
ter-apresiasi. Sedangkan saat harga saham SPEs turun, maka harga saham Enron
ter-depresiasi (Eiteman, dkk, 2007). Menurunnya harga saham Enron hingga $47
per lembar saham pada bulan Juli 2001, menyebabkan investor curiga. Hal ini
menyebabkan Sherron Watkins, wakil presiden Enron mencoba memperingatkan
Kenneth Lay dengan membawa 6 lembar surat yang menjelaskan proses akuntan yang
tidak wajar sehubungan dengan SPEs dan memperingatkan akan kecurangan proses
akuntan. Akan tetapi peringatan Sherron Watkins tidak dihiraukan oleh Ken Lay,
sehingga terjadilah tsunami di Enron. Harga sahamnya jatuh hingga tersisa $1
per lembar saham yang menyebabkan Enron bangkrut (Velasquez, 2006).Pada Bulan
Februari 2002, Sherron Watkins dipanggil oleh DPR untuk menjelaskan skandal
Enron, tentang aktivitas akuntansi perusahaan. Kemudian Sherron Watkins
menjelaskan semua permasalahan tersebut, dan menyebabkan dirinya dijuluki sebagai
courageous whistleblower (Velasquez, 2006).
E. Idenpedensi Auditor
Carey dalam Mautz (1961:205) mendefinisikan independensi
akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan
atas laporan keuangan.
Independensi meliputi:
1. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa
orang profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
2. Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam
hubungannya dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi
berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak
lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya
kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya.
Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan
masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang
sangat penting untuk menilai mutu jasa audit.
Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :
1. Independensi sikap mental
2. Independensi penampilan.
Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam
diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang
obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa
akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus menghindari
faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya.
Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap
independensi akuntan publik (Mautz, 1961:204-205).
Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan,
Mautz mengemukakan bahwa independensi akuntan publik juga meliputi independensi
praktisi (practitioner independence) dan independensi profesi (profession
independence). Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi
secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau tidak memihak
dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan
laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu
independensi penyusunan progran, independensi investigatif, dan independensi
pelaporan. Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap
profesi akuntan publik.
Kesimpulan
Dari kasus tersebut bisa saya simpulkan bahwa Enron dan KAP
Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam
melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran
tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat
menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen.
Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan
oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, kedua-duanya menuai
kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar
sedangakn KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan
kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan
yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk
mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Kesimpulan yang bisa diambil dar ketiga
sumber yang saya kutip kurang lebih sama seperti yang saya simpulkan.
Salah satunya adalah kesimpulan yang saya kutip dari blog
yang Diposkan oleh Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:47 yang berisi
sebagai berikut :
• Pihak manajemen Enron telah melakukan berbagaimacam
pelanggaran praktik bisnis yang sehat melakukan (Deception, discrimination of
information, coercion, bribery) dan keluar dari prinsif good corporate
governance.Akhirnya Enron harus menuai suatu kehancuran yang tragis dengan
meninggalkan hutang milyaran dolar.
• KAP Andersen sebagai pihak yang seharusnya menjungjung
tinggi independensi, dan profesionalisme telah melakukan pelanggaran kode etik
profesi dan ingkar dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat
diantaranya melalui Deception, discrimination of information, coercion,
bribery. Akhirnya KAP Andersen di tutup disamping harus mempertanggungjawabkan
tindakannya secara hukum.
REFERENSI :
http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
http://hafikahadiyanti.wordpress.com/2013/09/10/sejarah-kasus-enron/
http://hafikahadiyanti.wordpress.com/2013/09/10/sejarah-kasus-enron
http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010