Jakarta - Suku bunga kredit perbankan yang tinggi di Indonesia
disebabkan karena perbankan tidak efisien alias boros. Perbankan boros karena
kondisi ekonomi yang tidak kondusif.
"Memang bank kita tidak efisien, tapi yang membuat bank tidak efisien itu kan bukan karena keinginan bank, salah satunya sektor riil, infrastruktur, inflasi juga yang belum baik ini menyebabkan bank tidak efisien," jelas Pengamat Ekonomi Agustinus Prasetyantoko kepada wartawan di Gedung KPPU, Jakarta, Jumat (18/11/2011).
Menurut Prasetyantoko, tingginya bunga kredit dikarenakan bank sulit beradaptasi dengan lingkungan ekonomi makro. Bank-bank di negara ASEAN lain, sambungnya mampu lebih efisien karena inflasi yang rendah dan struktur perbankannya jelas.
"Kan aset bank-bank kita sangat berbeda jauh antara bank satu dengan yang lain. Otomatis ketika bank yang ingin menurunkan bunga kreditnya harus melihat bank-bank lain jika tidak ingin terjadi migrasi dana," paparnya.
Di tempat yang sama Komisaris Bank Mutiara, Eko B. Supriyanto menegaskan industri perbankan tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Namun kondisi dan struktur aset perbankan yang perlu dibenahi.
"Sektor perbankan tidak bisa disalahkan. Nah itu PR (pekerjaan rumah) di pemerintah juga untuk meningkatkan efisiensi di sektor riil, dan inflasi. Nah inflasi tinggi itu maka deposan minta suku bunga tinggi. Kalau inflasi bisa 2% itu suku bunga juga bisa ikut rendah," kata Eko.
Menurutnya, dengan tingginya suku bunga tersebut, maka tidak heran bila sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi target market paling seksi bagi perbankan saat ini. Karena sektor tersebut dinilai tidak sensitif untuk tingkat suku bunga.
Seperti diketahui tingkat suku bunga pinjaman perbankan di Tanah Air jauh lebih tinggi dibanding negara-negara kawasan Asia Tenggara. Selain faktor sektor riil, tingkat inflasi dinilai turut memberikan sumbangan yang tidak kalah besar.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memang memanggil beberapa kalangan bankir dan pengamat perihal struktur oligopoli di industri perbankan RI yang menyebabkan bank susah untuk menurunkan bunga kreditnya.
Pihak KPPU mengendus persaingan yang tidak sehat akibat adanya indikasi kartel bank dalam menetapkan bunga kreditnya.
"Memang bank kita tidak efisien, tapi yang membuat bank tidak efisien itu kan bukan karena keinginan bank, salah satunya sektor riil, infrastruktur, inflasi juga yang belum baik ini menyebabkan bank tidak efisien," jelas Pengamat Ekonomi Agustinus Prasetyantoko kepada wartawan di Gedung KPPU, Jakarta, Jumat (18/11/2011).
Menurut Prasetyantoko, tingginya bunga kredit dikarenakan bank sulit beradaptasi dengan lingkungan ekonomi makro. Bank-bank di negara ASEAN lain, sambungnya mampu lebih efisien karena inflasi yang rendah dan struktur perbankannya jelas.
"Kan aset bank-bank kita sangat berbeda jauh antara bank satu dengan yang lain. Otomatis ketika bank yang ingin menurunkan bunga kreditnya harus melihat bank-bank lain jika tidak ingin terjadi migrasi dana," paparnya.
Di tempat yang sama Komisaris Bank Mutiara, Eko B. Supriyanto menegaskan industri perbankan tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Namun kondisi dan struktur aset perbankan yang perlu dibenahi.
"Sektor perbankan tidak bisa disalahkan. Nah itu PR (pekerjaan rumah) di pemerintah juga untuk meningkatkan efisiensi di sektor riil, dan inflasi. Nah inflasi tinggi itu maka deposan minta suku bunga tinggi. Kalau inflasi bisa 2% itu suku bunga juga bisa ikut rendah," kata Eko.
Menurutnya, dengan tingginya suku bunga tersebut, maka tidak heran bila sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) menjadi target market paling seksi bagi perbankan saat ini. Karena sektor tersebut dinilai tidak sensitif untuk tingkat suku bunga.
Seperti diketahui tingkat suku bunga pinjaman perbankan di Tanah Air jauh lebih tinggi dibanding negara-negara kawasan Asia Tenggara. Selain faktor sektor riil, tingkat inflasi dinilai turut memberikan sumbangan yang tidak kalah besar.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memang memanggil beberapa kalangan bankir dan pengamat perihal struktur oligopoli di industri perbankan RI yang menyebabkan bank susah untuk menurunkan bunga kreditnya.
Pihak KPPU mengendus persaingan yang tidak sehat akibat adanya indikasi kartel bank dalam menetapkan bunga kreditnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar